IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DESA
oleh : Abd. Wasi (PA PED)
Potensi secara bahasa, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti kemampuan, kekuatan, kesanggupan dan
daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; sedangkan wilayah
dalam hal ini bermakna ingkungan daerah (propinsi, kabupaten, kecamatan, atau
desa). Untuk keperluan ini bisa dipilih wilayah tertentu, misalnya meliputi
potensi wilayah desa. Jadi “potensi desa mengandung arti kemampuan yang
dimiliki desa yang memungkinkan untuk dikembangkan
Kemampuan yang dimiliki suatu desa yang
mungkin untuk dikembangkan tetap selamanya akan menjadi “potensi” bila tidak
diolah, atau didayagunakan menjadi suatu “realita” berwujud kemanfaatan kepada
masyarakat. Karena itu potensi wilayah memerlukan upaya-upaya tertentu untuk
membuatnya bermanfaat kepada masayarakat.
Pendamping Desa sebagai agen pembangunan
harus memiliki kemampuan untuk melakukan indentifikasi potensi wilayah secara
partisipatif untuk merencanakan pembangunan pedesaan yang berkaitan dengan
masalah lingungan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Identifikasi Potensi wilayah dilakukan
untuk memperoleh data keadaan wilayah dan ekosistem dengan menggunakan data primer
maupun data sekunder. Data primer diperoleh di lapangan baik dari petani maupun
masyarakat yang terkait, sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi desa/
kecamatan/BPP dan atau dari sumber-sumber lain yang relevan.
Identifikasi data primer bisa dilakukan
melalui pendekatan partisipatif dan wawancara semi tersetruktur menggunakan
teknik PRA, sedangkan identifikasi data sekunder dilakukan dengan cara
mengumpulkan seluruh data potensi wilayah dan ekosistem dari data monografi
desa/kecamatan/BPP dan sumber lain yang mendukung.
METODE
IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN KONSEP PRA
Dalam melakukan pemetaan dan
identifikasi potensi lingkungan desa, Pendamping Desa berbeda dengan
Fasilitator dalam menerapkan metode identifikasi. Fasilitator Program Menabung
Pohon cenderung melakukan identifikasi dengan konsep SLA (Sustainable
Livelihood Approach), sedangkan Pendamping Desa lebih cenderung menggunakan PRA
Apa Participatory Rural Appraisal (PRA)
itu?. PRA adalah:
§
“suatu
metode untuk memahami desa secara partisipatif, dalam upaya memahami
permasalahan dan upaya antisipasi yang dibutuhkan, dengan berdasarkan
pada potensi dan kendala sumber daya yang tersedia”.
§
“sebuah
studi sebagai titik awal untuk memahami situasi lokal, yang dilakukan oleh
suatu tim multi-disiplin, dimana pertanyaan-pertanyaannya tidak dapat
diidentifikasikan lebih dahulu sebagaimana dalam riset konvensional” .
§
“suatu
pengalaman belajar bersama secara intensif, sistematis, dan semi-terstruktur
yang dilakukan di masyarakat dengan tim multi-disiplin, dimana anggota
masyarakat termasuk sebagai peserta aktif
PRA adalah sekumpulan
metode/pendekatan yang diharapkan dapat digunakan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk:
§
saling
berbagi pengetahuan dan pengalaman;
§
menganalisis
kondisi kehidupannya; dan
§
membuat
rencana kegiatan berdasarkan hasil analisisnya
Dalam menggunakan PRA ada beberapa
prinsip dasar yang harus dipegang oleh Pendamping Desa dalam melakukan pemetaan
dan identifikasi potensi desa, antra lain :
§
Melibatkan
kelompok masyarakat (mewakili)
§
Masyarakat
setempat sebagai pelaku utama
§
Penerapan
prinsip trianggulasi
§
Berorientasi
praktis
§
Optimalkan
hasil
§
Santai
dan Informal
§
Prinsip
demokrasi
Setelah memamahi prinsip – prinsip dasar
PRA, maka berikutnya adalah melakukan Langkah-langkah Pelaksanaan PRA
yaitu :
§
Persiapan
§
Pelatihan
§
Penyusunan
Tim PRA
§
Pendefinisisan
tujuan PRA
§
Pembuatan
Desain Kegiatan PRA
§
Kunjungan
Awal
§
Pelaksanaan
Pra
§
Penjelasan
Maksud, Tujuan, dan Proses PRA
§
Diskusi
Penggalian Informasi
§
Pendokumentasian
Hasil Diskusi
§
Presentasi
Hasil Diskusi
§
Perumusan
Rencana Aksi
§
Tindak
Lanjut
§
Perincian
Rencana Aksi
§
Pelaksanaan
Secara Partisipatif
§
Pengelompokan
Data dan Informasi
PENGUMPULAN
DAN PENGOLAHAN DATA
1.
Identifikasi
Data Sekunder
Pengumpulan dan pengolahan data sekunder
adalah proses untuk mempelajari keadaan desa / wilayah berdasarkan data
informasi yang telah ada dalam bentuk dokumen tertulis yang dibuat oleh pihak
tertentu (dinas/instansi/LSM dll).
Data sekunder diperlukan sebagai dasar
dalam memahami kondisi wilayah dan masyarakatnya dalam rangka mengidentifikasi
data/informasi apa yang diperlukan dalam kegiatan PRA.
Beberapa jenis data sekunder yang
dikumpulkan sebagai data pendukung PRA dalam rangka pelaksanaan Program
Menabung Pohon diantaranya :
§
Data
agroklimat wilayah
§
Batas
wilayah
§
Kependudukan
§
Kelembagaan
formal dan non formal yang ada di wilayah
§
Tata
guna lahan
§
Jenis
usaha masyarakat
§
Sarana
dan prasarana di wilayah
§
Program-program
pembangunan pertanian yang sedang berjalan atau yang pernah dilaksanakan di
wilayah
§
Teknologi
yang diterapkan
Langkah
Langkah Penerapan
§
Mengidentifikasi
kebutuhan data/informasi yang diperlukan untuk menyusun perencanaan program
menabung pohon
§
Memilih
dan memilah data/informasi mana yang sudah tersedia, sudah di kumpulkan atau di
dokumentasikan oleh pihak lain (dinas/instansi/LSM dll).
§
Mendiskusikan
dimana dan siapa sumber setiap jenis data yang dimaksud, sebelum membagi tugas
diantara anggota tim untuk melakukan pengumpulan data.
§
Menyajikan
data/informasi yang telah dikumpulkan agar semua anggota tim dapat membaca,
mengerti dan memahami kondisi/keadaan wilayahnya .
§
Melakukan
telaahan bersama pada setiap topik yang berkaitan dengan pengkajian lingkungan
yang akan dilakukan, misalnya dengan menghubungkan antara satu data dengan data
lainnya sehingga dapat terlihat masalah-masalah, potensi atau peluang
pengembangan potensi ekonomi program menabung pohon di wilayah tersebut.
2.
IDENTIFIKASI
DATA
Pembuatan
Peta Sumberdaya Desa
Peta secara sederhana diterjemahkan
sebagai gambar wilayah dimana informasi diletakkan dalam bentuk
simbol-simbol. Sebagai media informasi, peta dimanfaatkan untuk membantu
pengambilan keputusan. Peta yang akan dibuat lebih merupakan sarana untuk
membantu proses diskusi pemahaman kondisi wilayah. Dengan demikian, peta bukan
sekedar merupakan hasil dari diskusi tetapi lebih dari itu yaitu bagian
dari proses diskusi.
Identifikasi
Kegiatan Usaha atau Mata Pencaharian
Teknik kajian mata pencaharian adalah
teknik PRA yang digunakan memfasilitasi diskusi mengenai berbagai aspek mata
pencaharian masyarakat. Jenis-jenis mata pencaharian beserta aspek-aspeknya,
digambarkan dalam sebuah bagan.
Jenis Informasi yang diidentifikasi
meliputi:
§
mata
pencaharian bidang pertanian seperti pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan,
perikanan;
§
mata
pencaharian bidang non pertanian seperti industri makanan, pertenunan,
kerajinan, gerabah dan lain-lain; dan (c) ata pencaharian bidang jasa seperti
buruh, tukang, transpot dan lain-lain
Peta
Transek Desa atau Penelusuran Lokasi
Arti harfiah transek adalah gambar
irisan muka bumi. Pada awalnya transek digunakan oleh para ahli lingkungan
untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi. Sebagai teknikPRA,
Teknik Penelusuran Lokasi (transek) adalah teknik PRA untuk melakukan
pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan jalan
menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.
Hasil pengamatan dan lintasan tersebut kemudian dituangkan dalam bagan atau
gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.
Identifikasi
Kalender Musim
Teknik penyusunan kalender musim adalah
teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian kegiatan –kegiatan dan
kejadian-kejadian yang terjadi berulang dalam satu kurun waktu tertentu (
musiman) dalam kehidupan masyarakat
Kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan
itu dituangkan dalam kalender kegiatan atau keadaan-keadaan , biasanya dalam
jarak waktu satu tahun ( 12 bulan).
Identifikasi
Kecenderungan Usaha Pertanian
Teknik pembuatan bagan kecenderungan dan
perubahan adalah teknik PRA yang dapat menggambarkan perubahan-perubahan
berbagai keadaan, kejadian, serta kegiatan masyarakat dari waktu kewaktu. Dari
besarnya perubahan, hal-hal yang diamati yang dapat berkurang, tetap atau
bertambah, kita bisa memperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan
yang akan berlanjut di masa yang akan datang.
Hubungan
Kelembagaan
Masyarakat dalam melakukan aktivitas
kesehariannya, baik secara langsung atau tidak sering berinteraksi dengan
berbagai kelembagaan lain apakah itu pemerintahan atau swadaya masyarakat.
Dalam interaksi ini, kedua belah fihak mempunyai peran yang berbeda dan dari
tujuan yang umum dijumpai, masyarakat adalahpenerima, mungkin ada juga sebagai
pelaku.
Pada saat interaksi itu terjadi atau
bahkan setelah suatu kegiatan berakhir, masyarakat selalu akan menilai
bagaimana keterkaitan dan sumbangan yang diberikan oleh lembaga-lembaga
tersebut, adakah menyentuh langsung kepentingan atau aktivitas mereka, bahkan
mungkin sama sekali tidak ada hubungan dengan masyarakat.
Teknik pembuatan Bagan Hubungan
Kelembagaan merupakan teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi kajian
hubungan anatara masyarakat dengan lembaga –lembaga yang terdapat
dilingkungannya. Hasil pengkajian dituangkan dalam Diagram Venn ( sejenis
diagram lingkaran /intersecsion), yang akan menunjukkan besarnya manfaat,
pengaruh dan dekatnya hubungan suatu lembaga dengan masyarakat.